Mulai dari pendapat warga sekitar, tokoh masyarakat, pemerinta setempat hingga ahli seperti peneliti.
Pada umumnya mereka beranggapan, bahwa penyebab utama berkurangnya volume air danau tak lepas dari kondisi musim yang berubah-ubah. Seperti halnya ketika musim penghujan, maka otomatis volume air akan naik, sebaliknya ketika musim kemarau maka volume air akan turun. Hal ini tentu masuk di akal karena kondisi seperti ini sudah lazim terjadi musiman.
Baca juga:
Namun ada hal menarik di luar kondisi musiman tadi. Secara keseluruhan apabila diurutkan dari tahun ke tahun, memang ditemukan fakta bahwa permukaan air danau semakin berkurang. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya ditemukan pantai di sepanjang pesisir danau Toba, yang mana sebelumnya tidak ada.
Pantai ini memang terdapat beberapa yang sengaja dibuat dengan cara menimbun pasir putih. Akan tetapi, pekerjaan menimbun pasir ini dapat dilakukan tidak lepas dari semakin menurunya permukaan air danau. Penurunan permukaan ini menyebabkan daratan di pesisir semakin mudah untuk ditimbun.
Namun, benarkah dengan menurunnya permukaan air, berkurang pula volume air Danau Toba? Pada dasarnya tidak. Jika dilihat dari perubahan cuaca musiman sepert hujan dan kemarau, benar bahwa volume air danau kadang bertambah dan berkurang, naik turun, tetapi hanya pada saat musiman itu saja. Di sisi lain jika dilihat dari volume keseluruhan air danau dari tahun ke tahun maka tidak benar bahwa volume air Danau Toba berkurang.
Lantas, apa penyebab permukaan air danau menurun jika bukan karena volume air yang berkurang?
Belakangan, kita sudah melihat dan merasakan bahwa sudah ada terjadi beberapa gempa bumi berskala kecil yang berpusat di sekitaran Sumater Utara. Patut ditanya, adakah kaitan dengan Danau Toba seperti yang diisukan di media?
Baca juga:
Untuk meredam isu, tanggapan ini pun langsung ditampik oleh pemerintah setempat. Menurut badan pemerintah BMKG, bahwa gempa bumi tersebut sama sekali tidak berkaitan dengan menurunnya permukaan air Danau Toba. Apa memang benar demikian?
Terlepas dari sanggahan BMKG, ada beberapa bukti ilmiah yang barangkali, apabila dikaitpautkan dengan sejarah masa lampau, maka akan menemukan benang merah. Seperti diketahui, bahwa Danau Toba yang sekarang ini kita kenal dengan keindahannya merupakan kaldera hasil letusan Gunung Toba puluhan ribu tahun yang lalu.
Dan lalu, apakah gempa skala kecil yang terjadi belakangan ini, berpengaruh terhadap pergeseran magma di dasar Danau Toba tersebut? Apakah gempa ini yang memancing adanya pegeseran magma di dasar kawah Danau Toba? Hmm, jika badan pemerintah sekelas BMKG saja menampik dugaan tersebut, maka barangkali kita tidak mungkin dapat berspekulasi lebih jauh, bukan?
Semoga saja menurunnya permukaan air Danau Toba bukan karena berkurangnya volume air seperti perkiraan banyak orang, sehingga pada akhirnya nanti danau yang indah dan mempesona ini akan kering seiring berjalannya waktu. Semoga saja, ini hanya fenomena alam yang mencoba mengingatkan kita untuk selalu merawat alam lestari Danau Toba.
Terlepas dari sanggahan BMKG, ada beberapa bukti ilmiah yang barangkali, apabila dikaitpautkan dengan sejarah masa lampau, maka akan menemukan benang merah. Seperti diketahui, bahwa Danau Toba yang sekarang ini kita kenal dengan keindahannya merupakan kaldera hasil letusan Gunung Toba puluhan ribu tahun yang lalu.
Setelah letusan tersebut, terbentuklah kaldera yang kemudian terisi oleh air dan menjadi yang sekarang dikenal sebagai Danau Toba. Tekanan ke atas oleh magma yang belum keluar seluruhnya menyebabkan munculnya permukaan Pulau Samosir, proses ini terjadi selama puluhan ribu tahun.Konon, pergerakan magma yang terdapat di dasar Danau Toba inilah yang menyebabkan naiknya tanah Pulau Samosir.
Baca juga:
Yang menarik adalah terjadinya anomali gravitasi di daerah Toba. Menurut hukum gravitasi, antara satu tempat dengan lainnya akan memiliki gaya tarik bumi sama bila mempunyai massa, ketinggian dan kerelatifan yang sama. Jika ada materi yang lain berada di situ dengan massa berbeda, maka gaya tariknya berbeda. Bayangkan gunung meletus. Banyak materi yang keluar, artinya kehilangan massa dan gaya tariknya berkurang. Lalu yang terjadi up-lifting (pengangkatan). Inilah yang menyebabkan munculnya Pulau Samosir.
Magma yang di bawah itu terus mendesak ke atas, pelan-pelan. Dia sudah tidak punya daya untuk meletus. Gerakan ini berusaha untuk menyesuaikan ke normal gravitasi. Ini terjadi dalam kurun waktu ribuan tahun. Dari sekian banyak daerah yang tercipta akibat letusan Gunung Toba seperti Balige, Laguboti, Porsea dan daerah lainya, hanya Samosir yang terangkat karena daerah itu yang terlemah. Sementara daerah lainnya merupakan dinding kaldera (wiki).
Baca juga:
Tidak dapat ditampik, bahwa bukti ilmiah tersebut sedikit banyak mempengaruhi pandangan orang terhadap menurunya permukaan air Danau Toba. Bahwa pada kenyataannya justru permukaan tanah Pulau Samosirlah yang mengalami kenaikan akibat pergesaran magma tersebut. Sehingga menyebabkan permukaan air danau seolah-olah turun.
Baca juga:
Yang menarik adalah terjadinya anomali gravitasi di daerah Toba. Menurut hukum gravitasi, antara satu tempat dengan lainnya akan memiliki gaya tarik bumi sama bila mempunyai massa, ketinggian dan kerelatifan yang sama. Jika ada materi yang lain berada di situ dengan massa berbeda, maka gaya tariknya berbeda. Bayangkan gunung meletus. Banyak materi yang keluar, artinya kehilangan massa dan gaya tariknya berkurang. Lalu yang terjadi up-lifting (pengangkatan). Inilah yang menyebabkan munculnya Pulau Samosir.
Magma yang di bawah itu terus mendesak ke atas, pelan-pelan. Dia sudah tidak punya daya untuk meletus. Gerakan ini berusaha untuk menyesuaikan ke normal gravitasi. Ini terjadi dalam kurun waktu ribuan tahun. Dari sekian banyak daerah yang tercipta akibat letusan Gunung Toba seperti Balige, Laguboti, Porsea dan daerah lainya, hanya Samosir yang terangkat karena daerah itu yang terlemah. Sementara daerah lainnya merupakan dinding kaldera (wiki).
Baca juga:
Tidak dapat ditampik, bahwa bukti ilmiah tersebut sedikit banyak mempengaruhi pandangan orang terhadap menurunya permukaan air Danau Toba. Bahwa pada kenyataannya justru permukaan tanah Pulau Samosirlah yang mengalami kenaikan akibat pergesaran magma tersebut. Sehingga menyebabkan permukaan air danau seolah-olah turun.
Dan lalu, apakah gempa skala kecil yang terjadi belakangan ini, berpengaruh terhadap pergeseran magma di dasar Danau Toba tersebut? Apakah gempa ini yang memancing adanya pegeseran magma di dasar kawah Danau Toba? Hmm, jika badan pemerintah sekelas BMKG saja menampik dugaan tersebut, maka barangkali kita tidak mungkin dapat berspekulasi lebih jauh, bukan?
Semoga saja menurunnya permukaan air Danau Toba bukan karena berkurangnya volume air seperti perkiraan banyak orang, sehingga pada akhirnya nanti danau yang indah dan mempesona ini akan kering seiring berjalannya waktu. Semoga saja, ini hanya fenomena alam yang mencoba mengingatkan kita untuk selalu merawat alam lestari Danau Toba.
Kalau menurut saya, penyebab Air Danau Toba Terun Menunurun adalah akibat tidak ada keseimbangan air yang keluar dan air yang masuk, terlebih-lebih pada musim kemarau.
ReplyDeletePengerukan Sungai Asahan di sekitar Pemutaran Turbin di Sigura-gura terus dilakukan tanpa berhenti (penyediaan air di danau buatan/Energy Potensial) utkdapat memutar Turbin Listrik di Sigura-gura, Tanpa pernah ada solusi dari PT. Inalum seperti :
1. melakukan pengalihan sungai-sungai disekitar dataran tinggi Danau Toba agar mengarah ke Danau Toba, bukan ke laut. Hal ini akan dapat mengatasi pengeluaran debit air dari sungai asahan akibat pengerukan di Sigura-gura.
2. Melakukan Bendungan di Mulut Sungai Asahan Porsea. Ditetapkan Ketinggian Bendungan Normal. Sekalipun Di Sigura-gura terus melakukan pengerukan, Debit Air tidak akan pernah turun karena Ketinggian Bendungan sudah tetap.
Demikian masukan yang dapat saya sampaikan.
Kurang lebih, mohon maaf.
Selamatkan Danau Toba Untuk Anak Cucu.