Saturday, October 14, 2017

Lagi, Mengapa Mesti Sangge-sangge?

Barangkali sudah keburu terlambat, ketinggalan informasi, atau bahasa gaulnya 'kurang update' apabila kini ada netizen yang masih saja membahas perihal Sangge-sangge. Atau janganlah membahas, sekadar update status saja namun menyelip kata 'Sangge-sangge' baik itu sekadar iseng, sindiran, ikut-ikutan dan atau tanggapan bermuatan serius, tetap saja masih berseliweran mengisi timeline lini masa. Dalam hal ini termasuk diri ini yang sudah 'telat'.

Beberapa hari belakangan, Sangge-sangge menjadi kata paling fenomenal di seantero lini masa, terutama yang bersuku Batak.

Yah, Sangge-sangge! Sebuah nama dengan dua perulangan kata yang sama, tak lain adalah jenis tumbuhan yang hanya terdiri dari daun tipis dan berakar pendek. Sesungguhnya ia tak memiliki batang kentara apalagi ranting. Ia tak kokoh dan tegar, pula besar. Namun ia tajam dan dapat melukai mereka yang tidak cermat memperlakukannya.

Baca juga:
Mengapa tajam? Sebab ia tipis. Angan terbawa arus ke masa kanak dulu di kampung, Sangge-sangge biasa digunakan anak-anak sebagai alat permainan 'margoyang'. Seperti apa kiranya permainan itu dan bagaimana bisa Sangge-sangge dijadikan alat bergoyang?

Demikian: pertama daun Sangge-sangge dikumpulkan sebanyak yang diinginkan, lalu sekitar 6-8 helai daun Sangge-sangge dipisah-pisah. Setelah itu, layaknya kepangan rambut favorit anak-anak, daun ini kemudian dipilin menyilang secara berkesinambungan sedemikian rupa, hingga panjang dandanan mencapai sekitar 4 atau 5 meter.

Kelak dandanan daun ini akan menyerupai kabel induk PLN yang membentang di antara tiang-tiang listrik kampung. Dandanan ini biasanya dinamai Daun Sangge.

Baca juga:

Penggunaan Daun Sangge ini dalam permainan cukup sederhana. Dengan posisi berhadapan, dua orang anak akan memegang ujung masing masing Daun Sangge lalu membentangkannya dengan bagian tengahnya menyentuh tanah. Kemudian dengan irama yang sama, kedua anak ini akan mengayunkan Daun Sangge seirama ke arah kiri atau kanan.

Sementara pada saat yang bersamaan di bagian tengah, berdiri pula 1-3 orang yang tugasnya nanti akan melompat jingkrak menghindari sapuan Daun Sangge. Yang terkena sapuan Daun Sangge, akan berganti tugas menjadi pengayun dan yang tadinya pengayun, giliran melompat di tengah.

Demikian permainan ini dimainkan begitu asyik. Walau asyik, namun tak jarang tangan maupun kaki terkena sayatan yang amat perih ketika bersentuhan dengan daun Sangge-sangge dan tentunya rasa gatal di kulit.

Selain dimanfaatkan sebagai alat mainan yang lugu, Sangge-sangge juga digunakan sebagai pelekat rasa pada masakan, terutama khas Batak. Seperti diketahui, yang paling akrab dengan Sangge-sangge adalah si fenomenal Saksang. Selain Andaliman dan rempah lainnya, Sangge-sangge merupakan andalan utama dalam meracik cita rasa Saksang. Setali tiga uang, saudaranya Arsik juga demikian. Perpaduan Sangge-sangge, bawang batak dengan bumbu lain macam Rias aka Siala, sudah tak terpisahkan lagi.

Baca juga:

Berangkat dari manfaat daun inilah, maka sekiranya, tanpa bermaksud ikut serta membully, menyindir atau bahkan memberi vonis salah atau benar, secara pribadi hanya merasa bahwa penganalogian si Namboru yang menyindir anting emas yang dikenakan ito Br. Siregar setipis daun Sangge-sangge, barangkali adalah sebuah kekeliruan besar. Saking besarnya, hingga berakibat fatal. Dan sebagaimana kita lihat, begitu banjirnya sindiran, cacian, hujatan, bullyan hingga sarkasme yang diterima Namboru akibat kata Sangge-sangge tersebut.

Banyak netizen bertanya, mengapa daun Sangge-sangge? Mengapa bukan daun Sanggar, Ri, Bulu, Motung dan atau daun tipis lain yang sejenis? Tak seorang pun yang tahu, bahkan mungkin Namboru itu sekalipun.

Sangge-sangge, yang kebanyakan orang ketahui adalah bumbu masak bersaudara Saksang dan Arsik, lupa bahwa daunnya yang tipis juga dapat menimbulkan gatal-gatal hingga menyayat dan memberi luka yang teramat sakit, sesakit bullyan.

Seandai kata saja, Namboru tidak menganalogikan sindirannya dengan daun Sangge-sangge, saya kira ceritanya akan sangat jauh berbeda. Betul tak, dongan?

0 comments:

Post a Comment